“Alamak . . . . Cantik kali wanita itu . . .”
Itulah kata – kata yang terlontar saat pertama X melihat s’ org hawa yang begitu mempesona. Kecantikannya luar biasa, emmmmbbbttt . . . .mungkin tiada tertandingi . . . . . (alah lebay . . .). Akan tetapi, terbersit sedikit tanya dalam hati. Berapakah gerangan biaya yang d’ keluarkan untuk semua itu , , , , , , ? lebih jauh lagi, Apakah hatinya itu secantik parasnya . . . ?
Cantik itu d’ ibaratkan sebuah candu. Cantik sangat melenakan, sehingga ta’ seorangpun perempuan yang ta’ terjerat pesonanya. Karena itu, apapun yang berkaitan dgn k’ cantikan akan selalu d’ buru. Demi kecantikan, mereka mengorbankan apa saja; dari perasaan, rasa sakit, hingga harta benda. Bahkan bisa saja perempuan menuntut cerai coz suami tak bisa memenuhi biaya perawatan k’ cantikan.
Cantik telah jadi k’ butuhan perempuan masa kini n masa datang. Cantik dipuji n melahirkan pesona di mana-mana. Cantik bisa menimbulkan gairah n harga diri perempuan.
Namun, kini, kecantikan hanya d’ pandang secara sempit. Standar kecantikan sekedar dihargai pada ajang kontes fisik. Padahal, cantik semestinya ta’ hanya sebatas itu. Ada inner beauty (kecantikan dari dalam) yang mesti d’ miliki wanita.
Kecantikan perempuan merupakan paduan banyak sekali karakteristik yang indah. Yaitu sopan santun, kemandirian, kecerdasan, ketangkasan, humoris, penuh kasih sayang religius, n murah hati.
Kecantikan juga bisa d’ analogikan dengan bunga, daun lontar, gitar, tasbih, n teratai. Bunga bermakna perempuan pandai merawat diri. Daun lontar mengandung filosofi perempuan harus pandai, terampil, dan berwawasan luas. Seperti gitar berarti perempuan harus mampu menjaga tutur kata dan sopan santun. Filosofi tasbih adalah perempuan harus beriman, bertaqwa, dan bisa menjaga perilaku baik. Teratai melambangkan perempuan penuh emansipasi, bisa berperan di mana saja, baik ranah politik, sosial, ekonomi, budaya, maupun pendidikan.
(home sweet home, march 06 2011)
by : Meta Winanto
No comments:
Post a Comment