Wednesday, 8 October 2014

sastrawan dan karyanya dalam Angkatan Pujangga Baru

Angkatan pujangga Baru dapat dikatakan ada setelah Poedjangga Baroe  terbit pertama kali pada tahun 1933. Poedjangga Baroe dimotori oleh 3A, yakni Sutan Takdir Alisyahbana (STA), Amir Hamzah, Armijn Pane. Akan tetapi sempat terjadi polemik antara STA dengan Sanusi Pane dkk. Dimana polemik tersebut menyangkut atau berkisar tentang kebudayaan Indonesia.
Poedjangga Baroe pertama kali terbit mempunyai motto : majalah kesusastraan dan bahasa serta kebudayaan umum. Sejak tahun 1935 motto tersebut berubah menjadi : pembawa semangat baru dalam kesustran, seni, kebudayaan dan social masyarakat umum. Akan tetapi motto Poedjangga Baroe berubah lagi padda tahun 1936 menjadi : pembimbing semangat baru yang dinamis untuk membentuk kebudayaan persatuan Indonesia.
Angkatan pujngga Baru terpengaruh oleh aliran romantik gerakan 80 Belanda. Aliran romantic ini mengagungkan manusia yang tinggal di alam semesta, seperti pulau atau desa terpencil, yang belum terjamah kehidupan/peradaban modern.
Angkatan Pujangga Baru menurut Pradopo setidaknya berciri sebagai berikut :
  1. Pada Puisi menggunakan kata-kata pujangga atau bahasa nan indah.
  2. Ide Nasionalisme dan Keagaman lebih menonjol.
  3. Sifat didaktis masih terlihat.
  4. Beralur erat, malsudnya tidak banyak digresi seperti roman pada angkatan balai pustaka.
Berikut ini dapat kita perhatikan pengarang angkatan pujangga baru dan karya-karyanya sebagaimana di bawah ini :
Karya – karya Sultan Takdir Alisyahbana antara lain : Tak Putus Dirundung Malang (1929, novel), Dian yang Tak Kunjung Pada (1932, novel), Tebaran Mega (1935, kumpulan puisi), Layar Terkembang (1936, novel), Anak Perawan Di Sarang Penyamun  (1940, novel), Puisi Lama (1946, bunga rampai), Puisi Baru (1946, bunga rampai), Grota Azzura (tiga jilid, 1970 & 1971, novel), Lagu Pemacu Ombak (1978, kumpulan puisi), Sajak Nyanyi Sunyi (1978, telaah sastra), Kalah dan Menang (1978, novel)
Layar terkembang merupakan novel yang terkenal pada masa itu. Roman / novel ini bertokoh Yusuf, Tuti, dan Maria. Karena Alisyahbana jugalah (melalui Poejangga Baru) maka diadakan Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo tahun 1938.
Karya – karya Armijn Pane antara lain : JIwa Berjiwa (1939, kumpulan puisi), Belenggu (1940, novel), Kisah Antara Manusia (1953, kumpulan cerpen), Jinak-Jinak Merpati (1953, kumpulan drama), Gamelan Jiwa (1960, kumpulan puisi)
Belenggu merupakan novel karya Armijn Pane yang juga cukup penting. Novel ini bertokoh dokter Sukartno, Tini dan yah. Novel ini terasa baru karena sudah melukiskan gejala kejiwaan (stream Of Conciousnes) dan beralur terbuka dimana penyelesaian diserahhkan kepada pembaca.
Karya – karya Amir Hamzah antara lain : Nyanyi Sunyi (1937, kumpulan puisi), Buah Rindu (1941, kumpulan puisi), Sastra Melayu dan Raja-Rajanya (1942, studi sastra), Bhagawat Gita (1933, terjemahan, kumpulan puisi), Setanggi Timur (1939, terjemahan kumpulan puisi)
Karya – karya J.  E. Tatengkeng antara lain : Rindu Dendam (1934, kumpulan puisi)
Jika Amir Hamzah merupakan penyair religius (Islam), J.E. Tatengkeng adalah penyair religius (kristen)
Karya – karya Sanusi Pane antara lain : Pancaran Cinta (1926), Puspa Mega (1927, kumpulan puisi), Airlangga (1928, drama), Madah Kelana (1931, kumpulan puisi), Kertajaya (1932, drama), Sandyakala Ning Majapahit (1933, drama), Manusia Baru (1940, drama), Gamelan Jiwa (1960, kumpulan puisi)
Karya – karya Hamka antara lain : Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938, novel), Merantau Ke Deli (1938, novel), Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk (1938, novel), Tuan Dirktur (1939, novel), Di dalam Lembah Kehidupan (1941, kumpulan cerpen), Karena Fitnah (1942, novel), Dijemput Mamaknya (1949, novel)
Pada saat itu umumnya drama berbentuk dram closet, yitu drama unutk dibaca tidak untuk dipentaskan. Di tahun 1962, Tenggelamnya Kapal Van Der wijk karya Hamka dihebohkan sebagai plagiat dari Sous Les Tilleuls karya Alphonse kart (Perancis). Novel Sous Les Tilleuls (Di Bawah Naungan Pohon Tila) tadi disadur ke dalam bahasa Arab oleh Mustafa Luthfi Al-Manfaluthi menjadi Majdulin. Majdulin kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh A.S. Alatas dengan judul Magdalena (1963).
Karya – karya Aman Datuk Madjoindo antaraa lain : Syair Si Banso urai (1931, syair), Si Cebol Rindukan Bulan (1932, novel), Menembus Dosa (1932, novel), Rusmala Dewi (1934, novel), Si Dul Anak Betawi (1956, novel)
Karya – karya I Gusti Nyoman Panji Tisna antaraa lain : Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935, novel), Sukreni Gadis Bali (1935, novel), I Swasta Setahun di Bedahulu (1938, novel)
Karaya – karya M. Kasim antara lain :Muda Teruna (1929, novel), Teman Duduk (1936, kumpulan cerpen)
Karya – karya Suman Hs antara lain : Kasih Tak Terlarai (1929, novel), Percobaan Setia (1931, novel), Mencari Pencuri Anak Perawan (1932, novel), Kawan Bergelut (1938, kumpulan cerpen)
Hamidah dengan kartyanya Kehilangan Mestika (1935)
Selasih dengan karyanya Kalau Tak Untung  (1935)
Adlin Afandi dengan karyanya Sandiwara Gadis Modern (1941)
Sa’adah Alim dengan karyanya Sandiwara Pembalasan (1941)
Nah demikian kiranya beberapa sastrawan dan karyanya yang termasuk dalam angkatan Pujangga Baru. Mohon maaf jika ada kesalahan-kesalahan. Oleh Karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan dari para sobat blogger guna menambah dan memajukan sastra Indonesia. Semoga tulisan ini bermanfaat…
Salam Sastra

No comments:

Post a Comment