Angkatan pujangga Baru
dapat dikatakan ada setelah Poedjangga
Baroe terbit pertama kali pada tahun
1933. Poedjangga Baroe dimotori oleh 3A, yakni Sutan Takdir Alisyahbana (STA),
Amir Hamzah, Armijn Pane. Akan tetapi sempat terjadi polemik
antara STA dengan Sanusi Pane dkk. Dimana polemik
tersebut menyangkut atau berkisar tentang kebudayaan Indonesia.
Poedjangga
Baroe pertama kali terbit mempunyai motto : majalah
kesusastraan dan bahasa serta kebudayaan umum. Sejak tahun 1935 motto tersebut
berubah menjadi : pembawa semangat baru dalam kesustran, seni, kebudayaan dan
social masyarakat umum. Akan tetapi motto Poedjangga
Baroe berubah lagi padda tahun 1936 menjadi : pembimbing semangat baru yang
dinamis untuk membentuk kebudayaan persatuan Indonesia.
Angkatan pujngga Baru
terpengaruh oleh aliran romantik gerakan 80 Belanda. Aliran romantic ini
mengagungkan manusia yang tinggal di alam semesta, seperti pulau atau desa
terpencil, yang belum terjamah kehidupan/peradaban modern.
Angkatan Pujangga Baru
menurut Pradopo setidaknya berciri sebagai berikut :
- Pada Puisi menggunakan kata-kata pujangga atau bahasa nan indah.
- Ide Nasionalisme dan Keagaman lebih menonjol.
- Sifat didaktis masih terlihat.
- Beralur erat, malsudnya tidak banyak digresi seperti roman pada angkatan balai pustaka.
Berikut ini dapat kita
perhatikan pengarang angkatan pujangga baru dan karya-karyanya sebagaimana di
bawah ini :
Karya – karya Sultan
Takdir Alisyahbana antara lain : Tak
Putus Dirundung Malang (1929, novel), Dian
yang Tak Kunjung Pada (1932, novel), Tebaran
Mega (1935, kumpulan puisi), Layar
Terkembang (1936, novel), Anak
Perawan Di Sarang Penyamun (1940,
novel), Puisi Lama (1946, bunga
rampai), Puisi Baru (1946, bunga
rampai), Grota Azzura (tiga jilid,
1970 & 1971, novel), Lagu Pemacu
Ombak (1978, kumpulan puisi), Sajak
Nyanyi Sunyi (1978, telaah sastra), Kalah
dan Menang (1978, novel)
Layar
terkembang merupakan novel yang terkenal pada masa itu. Roman
/ novel ini bertokoh Yusuf, Tuti, dan Maria. Karena Alisyahbana jugalah
(melalui Poejangga Baru) maka diadakan Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo
tahun 1938.
Karya – karya Armijn
Pane antara lain : JIwa Berjiwa
(1939, kumpulan puisi), Belenggu
(1940, novel), Kisah Antara Manusia
(1953, kumpulan cerpen), Jinak-Jinak Merpati
(1953, kumpulan drama), Gamelan Jiwa
(1960, kumpulan puisi)
Belenggu
merupakan novel karya Armijn Pane yang juga cukup penting. Novel ini bertokoh
dokter Sukartno, Tini dan yah. Novel ini terasa baru karena sudah melukiskan
gejala kejiwaan (stream Of Conciousnes)
dan beralur terbuka dimana penyelesaian diserahhkan kepada pembaca.
Karya – karya Amir
Hamzah antara lain : Nyanyi Sunyi (1937,
kumpulan puisi), Buah Rindu (1941,
kumpulan puisi), Sastra Melayu dan
Raja-Rajanya (1942, studi sastra), Bhagawat
Gita (1933, terjemahan, kumpulan puisi), Setanggi Timur (1939, terjemahan kumpulan puisi)
Karya – karya J. E. Tatengkeng antara lain : Rindu Dendam (1934, kumpulan puisi)
Jika Amir Hamzah
merupakan penyair religius (Islam), J.E. Tatengkeng adalah penyair religius
(kristen)
Karya – karya Sanusi
Pane antara lain : Pancaran Cinta
(1926), Puspa Mega (1927, kumpulan
puisi), Airlangga (1928, drama), Madah Kelana (1931, kumpulan puisi), Kertajaya (1932, drama), Sandyakala Ning Majapahit (1933, drama),
Manusia Baru (1940, drama), Gamelan Jiwa (1960, kumpulan puisi)
Karya – karya Hamka
antara lain : Di Bawah Lindungan Ka’bah
(1938, novel), Merantau Ke Deli
(1938, novel), Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijk (1938, novel), Tuan Dirktur
(1939, novel), Di dalam Lembah Kehidupan
(1941, kumpulan cerpen), Karena Fitnah
(1942, novel), Dijemput Mamaknya
(1949, novel)
Pada saat itu umumnya
drama berbentuk dram closet, yitu drama unutk dibaca tidak untuk dipentaskan.
Di tahun 1962, Tenggelamnya Kapal Van Der
wijk karya Hamka dihebohkan sebagai plagiat dari Sous Les Tilleuls karya Alphonse kart (Perancis). Novel Sous Les Tilleuls (Di Bawah Naungan Pohon Tila) tadi disadur ke dalam bahasa Arab oleh
Mustafa Luthfi Al-Manfaluthi menjadi Majdulin.
Majdulin kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh A.S. Alatas dengan judul Magdalena (1963).
Karya – karya Aman
Datuk Madjoindo antaraa lain : Syair Si
Banso urai (1931, syair), Si Cebol
Rindukan Bulan (1932, novel), Menembus
Dosa (1932, novel), Rusmala Dewi
(1934, novel), Si Dul Anak Betawi
(1956, novel)
Karya – karya I Gusti
Nyoman Panji Tisna antaraa lain : Ni
Rawit Ceti Penjual Orang (1935, novel), Sukreni
Gadis Bali (1935, novel), I Swasta
Setahun di Bedahulu (1938, novel)
Karaya – karya M. Kasim
antara lain :Muda Teruna (1929,
novel), Teman Duduk (1936, kumpulan
cerpen)
Karya – karya Suman Hs
antara lain : Kasih Tak Terlarai
(1929, novel), Percobaan Setia (1931,
novel), Mencari Pencuri Anak Perawan
(1932, novel), Kawan Bergelut (1938, kumpulan cerpen)
Hamidah dengan
kartyanya Kehilangan Mestika (1935)
Selasih dengan karyanya
Kalau Tak Untung (1935)
Adlin Afandi dengan
karyanya Sandiwara Gadis Modern (1941)
Sa’adah Alim dengan
karyanya Sandiwara Pembalasan (1941)
Nah demikian kiranya beberapa sastrawan dan karyanya
yang termasuk dalam angkatan Pujangga Baru. Mohon maaf jika ada
kesalahan-kesalahan. Oleh Karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan
dari para sobat blogger guna menambah dan memajukan sastra Indonesia. Semoga
tulisan ini bermanfaat…
Salam Sastra
No comments:
Post a Comment